abarce

Bendi: Warisan Transportasi Bersejarah di Kota Ternate

Seorang kusir, saat mengendarai Bendi di kawasan taman Falajawa

ABARCE - Bendi merupakan salah satu moda transportasi tradisional yang telah menjadi bagian dari sejarah panjang Kota Ternate. Keberadaan kendaraan ini diketahui sudah ada sejak abad ke-18, pada masa Kesultanan Ternate masih berjaya. 

Kala itu, bendi digunakan oleh masyarakat sebagai alat transportasi utama untuk beraktivitas sehari-hari, baik untuk kepentingan perdagangan maupun perjalanan keluarga kerajaan.  

Seiring dengan perkembangan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, bendi semakin banyak digunakan. Pada tahun 1970-an, kendaraan ini menjadi moda transportasi utama di Kota Ternate. Dengan konstruksi kayu yang kokoh dan ditarik oleh kuda yang kuat, bendi menjadi alat transportasi yang dapat diandalkan oleh masyarakat.  

Namun, memasuki era modern, kehadiran kendaraan bermotor seperti angkutan umum dan ojek mulai menggeser popularitas bendi. Puncaknya terjadi pada tahun 2018, ketika kendaraan ini mulai tergeser oleh moda transportasi lain seperti angkot dan sepeda motor. 

Kendati demikian, pemerintah setempat tetap mempertahankan keberadaan bendi dengan mengalihfungsikannya sebagai transportasi. Bendi di Ternate memiliki nilai historis, untuk bisa dilestarikan dengan menjadikannya angkutan wisatawan.

Sayangnya bendi kini semakin jarang terlihat di jalanan Kota Ternate. Faktor ekonomi dan minat masyarakat yang beralih ke kendaraan modern menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah bendi di kota ini.  

Meskipun kendaraan modern seperti mobil dan motor telah mendominasi sistem transportasi di Kota Ternate, bendi tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. 

Kendaraan ini masih sering digunakan dan bahkan sering ditemukan di jalanan umum.Hal ini menunjukkan bahwa perannya dalam budaya masyarakat belum sepenuhnya hilang.  

Bendi bukan hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga menjadi simbol sejarah transportasi tradisional di Indonesia. Kendaraan serupa juga dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Nusantara, seperti Yogyakarta, Solo, dan Padang. 

Keberadaannya yang tersebar di berbagai wilayah menunjukkan bahwa bendi memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia di masa lalu.  

Sejarah bendi di Indonesia dapat ditelusuri sejak masa kolonial Belanda pada abad ke-19. Pada awalnya, kendaraan ini digunakan oleh masyarakat pribumi di pedesaan sebagai alat transportasi sehari-hari. Terbuat dari kayu dengan desain sederhana, bendi ditarik oleh kuda atau kerbau sebagai sumber tenaga penggeraknya.  

Ketika Belanda mulai mengembangkan sistem transportasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang, bendi mulai digunakan sebagai alat transportasi utama. Tak hanya untuk mengangkut penumpang, kendaraan ini juga digunakan untuk mengangkut barang dagangan di kawasan pasar dan pelabuhan.  

Pada masa pendudukan Jepang, peran bendi mulai tergeser oleh kendaraan lain seperti becak dan mobil. Namun, setelah Indonesia merdeka, bendi kembali digunakan sebagai alat transportasi, terutama di daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi transportasi berkuda.  

Keunikan bendi terletak pada desainnya yang khas. Kendaraan ini memiliki atap melengkung yang berfungsi sebagai pelindung dari hujan dan panas matahari. 

Bagian tempat duduknya berbentuk persegi panjang dan dapat menampung hingga dua hingga empat penumpang. Selain itu, ukiran dan cat warna-warni yang menghiasi badan bendi menjadi daya tarik tersendiri.  

Kini, bendi lebih banyak ditemukan di kawasan wisata yang ingin menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung. Di daerah seperti Yogyakarta dan Solo, bendi masih menjadi transportasi favorit wisatawan yang ingin menikmati suasana kota dengan cara yang berbeda.  

Di Bali, bendi sering digunakan dalam acara-acara budaya dan upacara adat. Para wisatawan dapat menyewa bendi untuk berkeliling di sekitar area wisata, menikmati keindahan alam dan budaya lokal dengan cara yang lebih santai.  

Keberadaan bendi sebagai transportasi wisata juga diterapkan di Kota Ternate. Beberapa jalur wisata telah disiapkan untuk memperkenalkan kembali kendaraan ini kepada masyarakat dan wisatawan. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk tetap menggunakan bendi sebagai bagian dari pengalaman wisata budaya.  

Namun, upaya pelestarian bendi di Ternate menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kurangnya jumlah kusir yang bersedia mengoperasikan bendi. Banyak generasi muda yang tidak tertarik untuk meneruskan profesi ini, sehingga dikhawatirkan bendi akan semakin langka di masa depan.  

Selain itu, biaya perawatan kuda dan bendi juga menjadi faktor penghambat. Dibandingkan dengan kendaraan bermotor, bendi memerlukan perawatan yang lebih intensif, terutama dalam hal pemberian pakan dan kesehatan kuda.  

Sebagai solusi, pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada para kusir bendi agar mereka tetap dapat menjalankan profesi ini. Selain itu, pelatihan dan program revitalisasi bendi dapat dilakukan untuk menarik minat generasi muda agar mau melestarikan tradisi ini.  

Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga keberadaan bendi. Dengan lebih sering menggunakan bendi sebagai alat transportasi dalam acara-acara tertentu, masyarakat dapat membantu mempertahankan eksistensi kendaraan ini di Kota Ternate.  

Bendi bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya Indonesia. Keberadaannya mencerminkan kekayaan sejarah dan kearifan lokal yang patut dilestarikan.  

Pelestarian bendi tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Jika dikembangkan dengan baik, bendi dapat menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan keuntungan bagi para kusir dan pemilik usaha terkait.  

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya, diharapkan bendi tetap bertahan dan menjadi ikon transportasi tradisional yang membanggakan. Kota Ternate, dengan sejarah panjangnya, memiliki kesempatan besar untuk menjadikan bendi sebagai salah satu daya tarik utama dalam sektor pariwisata.  

Jika pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam upaya pelestarian ini, maka bendi tidak akan punah oleh perkembangan zaman. Sebaliknya, kendaraan tradisional ini dapat terus eksis dan menjadi bagian dari sejarah yang hidup.  

Ke depannya, inovasi dalam desain dan konsep penggunaan bendi juga dapat dikembangkan. Misalnya, dengan menyesuaikan rute khusus bagi wisatawan atau menggabungkan teknologi modern seperti sistem reservasi digital agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.  

Sebagai simbol sejarah dan budaya, bendi layak mendapatkan perhatian lebih agar tetap dikenal dan digunakan oleh generasi mendatang. Ternate dan berbagai daerah lainnya harus terus berupaya menjaga keberadaan bendi agar tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Baca Juga
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak